Sabtu, 05 Desember 2009

DURGANDINI

Orang-orang memanggilku Durgandini, perempuan berbau amis. Sebutan yang amat merendahkan dan melecehkan sekali. Tapi itulah kenyataan yang terjadi pada diriku. Sejak lahir aku sudah menanggung aib ini.

Meski sebenarnya aku anak seorang raja. Bahkan ayahandaku, Prabu Basuparisara, tak mau menerimaku tinggal di istana. Karena bau amis yang menguar dari tubuhku mengganggu orang-orang sekitar. Kupikir, ini hanya alasan yang dicari-cari. Ayahku tak senang memiliki anak perempuan. Dia lebih senang menerima kehadiran Matsyapati, saudara kembarku, yang kemudian diangkat menjadi raja di kerajaan Wirata.

Sementara aku dikembalikan kepada Dasabala, seorang nelayan miskin yang memeliharaku sejak bayi. Dengan senang hati Dasabala menerimaku dengan penuh kasih sayang. “Sabarlah, anakku yang cantik. Kamu tak perlu bersedih. Nasibmu tak seburuk itu. Percayalah, kelak kamu akan menjadi perempuan yang paling mulia.

Dari rahimmu akan lahir para raja besar!” Aku tahu, bapa Dasabala hanya ingin menghiburku. Bagaimana mungkin perempuan sepertiku bisa menjadi perempuan mulia? Raja mana yang bersedia menikahiku. Para pemuda di kampung saja menjauh bila bertemu denganku. Mereka muntah-muntah bila mencium bau tubuhku yang teramat amis.

Ketika bapa Dasabala semakin tua dan tenaganya tak kuat lagi menjadi tukang perahu penyeberang orang di sungai Yamuna, Aku kemudian menggantikan tugasnya. Seperti sudah kuduga tak banyak orang yang mau memakai perahuku. Hanya mereka yang tak kenal diriku dan orang-orang asing saja yang berkenan memakai jasaku. Aku jadi sangat marah sekali kepada dewa yang telah menghadirkan diriku ke dunia ini.

“Siapa saja yang berhasil menyembuhkanku dari bau amis ini, jika dia seorang laki-laki akan kujadikan sebagai suami. Tak peduli sekalipun orang sudra yang buruk rupa atau miskin kehidupannya. Tapi jika dia seorang perempuan, aku bersedia mengabdi kepadanya dan melayaninya seumur hidup, ” sumpahku. Suatu hari, seorang laki-laki parobaya berjubah putih menghampiri perahuku dan meminta diseberangkan. Tidak seperti penumpangku yang lain, orang ini terlihat tenang saja.

Dia tak menutup hidungnya. Dia malah menatapku dengan sorot kekaguman. “Kenapa Anda memandangku seperti itu?” “Karena aku sangat kagum pada kecantikanmu. Sungguh, baru kali ini aku melihat perempuan secantik dirimu, ”katanya menyanjung. “Anda jangan berbohong. Aku tahu, Anda cuma ingin menutupi rasa jijik Anda mencium bau tubuhku!” ujarku. “Namaku Parasara. Aku seorang resi. Tabu bagiku untuk berkata dusta. ” Aku tertegun.

Ternyata masih ada juga orang yang memuji kecantikanku. Dengan lugu aku kemudian menceritakan tentang nasibku yang amat buruk ini. Tidak kuduga resi itu bersedia menyembuhkan penyakitku. Dengan ilmu kesaktian yang dimilikinya dia lalu menyentuh kulitku. Seperti sebuah keajaiban, tiba-tiba bau busuk yang menguar dari tubuhku lenyap berganti dengan bau harum semerbak. Betapa senang hatiku. Seperti sumpah yang pernah kuucapkan, Aku meminta resi Parasara mengambilku sebagai istri.

Laki-laki itu bersedia menerimaku. Kami lalu menghadap bapa Dasabala untuk meminta restu. Bapa Dasabala meresmikan pernikahan kami. Harihari selanjutnya aku menjalani hidup rumahtangga dengan Parasara. Kami tinggal di rumah kecil di tepi sungai Yamuna dan hidup secara sederhana. Aku cukup bahagia dengan kehidupanku.

Kebahagiaanku makin lengkap ketika lahir buah cinta kami yang diberi nama Byasa. Dia sungguh anak yang cerdas dan luar biasa. Sementara Parasara, suamiku, semakin giat dalam menekuni ilmu kesejatian. Dia kerap pergi dalam waktu lama untuk berguru dan bersemedi di tempat-tempat sunyi. Aku sering merasa kesepian dan hanya bisa memendam kerinduan. Hatiku rasanya tak sanggup menjalani kehidupan seperti ini.

Tapi sebagai seorang perempuan aku tak punya kuasa mengungkapkan hasratku. Tradisi menempatkan istri sebagai abdi dan pelayan suami. Istri tak ubahnya boneka hidup yang hanya diperlukan saat dibutuhkan. Kehidupan seorang istri ada dalam bayang-bayang keegoisan dan kekuasaan suami. Kenyataan ini kemudian membuka kesadaranku bahwa penderitaan batin ternyata lebih menyakitkan dibanding penderitaan fisik.

Sering terpikir dalam benakku, mestikah aku bertahan dengan keadaan seperti ini? Hatiku mulai diliputi kegalauan dan kebimbangan. Perasaan itu mencapai puncaknya ketikasuatuhariPrabuSentanu, raja dari kerajaan Hastinapura datang ke tempatku. Ia merasa penasaran dengan kabar yang beredar bahwa di sekitar sungai Yamuna tercium bau harum semerbak. Ketika tahu bahwa bau harum itu berasal dari tubuhku, dia pun jadi terkesima.

Dengan terus terang dia mengungkapkan kekagumannya dan berniat memperistriku. Dia menemui bapa Dasabala untuk meminta restu. Bapa Dasabala jadi bingung untuk memutuskan, karena aku masih berstatus istri Parasara. Bapa Dasabala lalu meminta waktu untuk berembug denganku. Dengan wajah berbinar-binar bapa Dasabala mengungkapkan maksud kedatangan Prabu Sentanu.

Aku hanya bisa diam termangu. Berbagai perasaan berkecamuk dalam dadaku. Perasaanku makin tak karuan kala bayangan wajah resi Parasara berkelebatan di pelupuk mata. Aku merasa bersalah jika sampai mengkhianatinya. Tapi bila ingat malam-malam dingin yang kulalui, rasa bersalah itu pun memudar. Apalagi saat mendengar kata-kata bapa Dasabala yang merasuk ke dalam relung kalbu.

“Aku tahu perasaanmu, Nak. Kamu masih memikirkan suamimu. Tapi dengan keadaan seperti ini masihkah kamu berharap padanya? Sudah cukup penderitaan yang kamu alami. Inilah saatnya kamu menentukan langkah hidupmu sendiri. Ingat, Nak. Kamu itu masih keturunan raja, dalam tubuhmu mengalir darah biru. Selayaknya kamu menjalani hidup sebagaimana kaum bangsawan.

Kamu harus menjadi perempuan terhormat dan mulia. Kamu tak bisa membiarkan dirimu tenggelam dalam penderitaan dan kemiskinan. Kapan lagi kesempatanmu bisa merubah nasib?”tutur Dasabala. “Tapi, Bapa. Sekalipun aku menjadi istri raja, kedudukanku tak ada bedanya. Aku hanya sekadar boneka dan pelampiasan hasrat suamiku belaka. Apalagi seperti pengakuan Prabu Sentanu, dia telah memiliki seorang putra yang kelak akan menjadi pewaris tahtanya.

Jadi percuma jika aku hanya jadi selir dan anak-anak yang lahir dari rahimku cuma sebagai anak biasa, ”ujarku. “Tenang saja, Anakku. Kamu kan bisa mengajukan syarat kepadanya agar dirimu dijadikan permaisuri dan anak-anak yang lahir dari rahimmu menjadi putra mahkota. Kalau dia tak mau memenuhi permintaanmu, tolak saja lamarannya. Gampang to?” Aku tersenyum.

Gagasan bapa Dasabala cukup masuk akal. Memang inilah kesempatanku untuk bisa merubah nasib. Sejak kecil aku sudah cukup menderita sebagai anak terbuang, ketika dewasa dan berumahtangga kehidupanku tak juga berubah. Kemiskinan dan penderitaan tak lepas dari hidupku. Lalu, aku menemui Prabu Sentanu dan menyatakan kesediaanku menerima lamarannya, seraya mengajukan beberapa syarat, seperti yang tersebut di atas tadi. Prabu Sentanu kaget.

Raut wajahnya mendadak berubah sendu. Dia terlihat bingung dan bimbang. Dia pun meminta waktu untuk memikirkan syarat yang telah kuajukan. Dia lalu permisi pulang. Perasaanku sempat dibuat ciut melihatnya pergi dengan membawa kegalauan hati. Aku khawatir dia akan mengurungkan niatnya memperistriku. Aku jadi menyesal dengan perbuatanku. Tapi kembali bapa Dasabala meyakinkanku bahwa semuanya akan berjalan lancar sesuai rencana.

Dia yakin, Prabu Sentanu akan kembali lagi untuk memberikan jawaban atas syarat yang kuajukan. Apa yang dikatakan bapa Dasabala benar. Beberapa hari kemudian datang utusan Prabu Sentanu menyampaikan keinginan raja untuk memperistiriku. Hatiku senang bukan kepalang. Aku sudah bersiap untuk berangkat memenuhi permintaan sang raja. Namun, bapa Dasabala menahan.

“Kamu jangan terbawa oleh perasaan senang dulu. Jawaban Prabu Sentanu belum menjadi jaminan bagi masa depanmu dan anak keturunanmu, ”ujarnya. “Maksud Bapa?” tanyaku tak mengerti. “Ingat, Nak. Yang memberikan jawaban adalah Prabu Sentanu bukan Dewabrata, putranya. Padahal yang kelak menentukan nasibmu dan anak keturunanmu adalah Dewabrata. Bagaimana jika kelak Prabu Sentanu telah tiada dan Dewabrata mengambil alih kedudukannya.

Bisa saja dia berdalih tak mengetahui perjanjian antara ayahnya dengan dirimu. Karenanya untuk lebih meyakinkan lagi, mintalah Dewabrata yang datang ke sini menjemputmu dan bersumpah di hadapanmu tidak akan mengambil alih tahta kerajaan Hastinapura. Aku tercekat. Tak kukira bapa Dasabala berhasrat besar menjadikanku perempuan paling terhormat. Aku tak cukup hanya menjadi permaisuri, tapi juga sosok yang berpengaruh terhadap nasib dan masa depan sebuah kerajaan.

Ini sungguh ambisi yang sangat luar biasa besarnya. Hatiku sampai merinding membayangkannya. Tapi benar juga, seperti dikatakan bapa Dasbala, bahwa hanya manusia yang punya ambisi bisa menentukan masa depannya. Pengalaman hidup mengajarku. Ketika aku hanya pasrah menerima nasib sebagai anak terbuang dan menjadi istri seorang resi miskin, kehidupanku tak banyak berubah.

Bagaimana aku bisa menggapai cita-cita menjadi perempuan terhormat bila tak ada ambisi dalam diriku. Dengan ambisilah aku bisa mewujudkan semua impian. Gairah dalam dadaku tiba-tiba meletup bagai magma gunung Himalaya. Aku tak mau selamanya menjadi orang miskin dan tak punya arti apa-apa. Maka, dengan penuh ketegasan aku menyuruh utusan Prabu Sentanu untuk pulang dan menyampaikan apa yang menjadi keinginanku. Kali ini aku tak menyimpan lagi rasa was-was bilamana permintaanku ditolak.

Beberapa hari kemudian Dewabrata datang menemuiku dengan membawa kereta kencana. Dia berniat menjemputku, seperti permintaan yang pernah kuajukan. Bahkan sambil berlutut di hadapanku diamenyampaikan sumpahtidak akan merebut tahta kerajaan Hastinapura dari anak keturunanku. Perasaanku dibuat melambung dan berbunga-bunga.

Sungguh, rasanya tak ada lagi alasan bagiku untuk khawatir tentang masa depanku dan anak keturunanku. Namun, ambisi yang meluap dalam dadaku membuatku merasa tak cukup. Aku lalu meminta Dewabrata untuk bersumpah wadad. Kulihat Dewabrata tercekat dan bimbang mendengar permintaanku. Wajahnya berubah pias. ***

Tirtomoyo, 14 November 2009

Jumat, 04 Desember 2009

CERPEN AWAL

Keumala Menanti Kekasih

Cerpen Alimuddin


Perempuan itu Keumala. Perempuan berbola mata biru dipadu-padan otak yang mampu menjawab segala hal rasa-serasanya. Dua modal yang membuat Keumala, seperti kristal bening yang mengeluarkan denting-denting halus. Keumala ratu di taman kembang. Ini hari terakhir wanita itu duduk di teras depan rumahnya-menanti kekasih. Besok tak akan lagi.

Yang memiliki harum menyegarkan terik siang. Usia belia, ikut memperdalam jikalau kembang itu punya magnet lain selain wajah ayu. Kumbang-kumbang gesit berterbangan di seputaran Keumala. Mengeluarkan harum-haruman.
Berharap Keumala akan terperangkap. Lantas mereka sehati dalam perahu bahagia.

Tapi Keumala bukan kembang yang mau manusia-manusia buruk akan memetik tubuhnya. Kemudian membiarkan layu di pinggiran kehidupan.

Maka perempuan itu, ketat menjaga keindahan mahkota. Duri-duri menancap bila ada kumbang yang ingin merampas makota itu. Apalagi secara paksa.
Ia berhati-hati. Lihai memilih. Di kumbang mana jangkar hati harus luruh.
Sebab kecewa itu beranak-sungai air mata. Hati sakit belum pernah ditemukan penawar sekalipun oleh pakar paling ahli.
"Kerja di mana?" tanya perempuan itu pada pemuda bermuka murung.
"Saya mengajar di SMP..."

Uh, Keumala menggeleng cepat. Kaki-kaki jenjangnya dihentak-hentak ke lantai. Kemudian berderet-deret repetan sepanjang jalanan semut.

Wajah pemuda murung makinlah masam. Lantas raib dari pandang Keumala. Menikung di jalanan panjang.
Kumbang lain bersorak riang.

Wajah-wajah memancarkkan cahaya bahagia. Sebab Keumala masih bisa direbuti. Kembali segala aroma menyengat disemprotkan. Harum budi luhur dipamerkan besar-besar. Demi tujuan jebakan.

Keumala di langit ke tujuh. Cekakan kadang lepas bila ia tengah sendiri di kamar. Kadang saja sebatas ringis kepuasan.
"Aku cantik. Aku penguasa lelaki." Begitu dan itu gumamannya.

Kumbang-kumbang tak pernah ia dengar mengeluarkan protes. Bahkan bermuka keberatan saja sekalipun tiada. Dengan sikap jual mahalnya tentu saja. Barangkali satu kesadaran telah tumbuh mengakar bahwa demi mendapat Keumala, pengorbanan curam terbentang.
Dan pun, Keumala kian saja lincah membaluti tubuhnya dengan wangi pesona.
Menjadikan pe-para kumbang serasa rela mati agar bisa mengecup madu sang kumbang.

Tapi hati Keumala belum jatuh. Dinding hati kokoh menjulang. Meski peluru rayuan bergodam-godam nyaris tiada reda. Semuanya tiada menggoda.

Seorang pemuda agak menarik di mata Keumala sebenarnya. Laki-laki bertubuh tegap dengan lesung pipi hangat. Pemuda itu pun berhasrat tulus untuk 'menseriusi' hubungan. Hati Keumala akan berwujud air mengalir.
Seolah kumbang itu lah penakluk seorang Keumala.

Namun pemuda itu tiba-tiba tak pernah datang lagi. Seolah raksasa maha besar telah melumat tubuh itu sehingga tak tersisa biar tulang-belulang sekalipun.

Keumala dalam hati sempat menunggu dan menanti. Dulu ia congkak tidak mau menyimpan nomor handphone sang pemuda. Harus si pemuda itu yang menghubungi dirinya! Keumala tidak berai air mata. Terlalu aneh rasanya seorang Keumala menangisi seorang pemuda yang tak kembali.

Sementara di ambang mata berjejer ratusan pemuda yang berhasrat memilikinya. Tinggal tunjuk, pemuda mana pun tergopoh.

Detik-detik berdetak dan pergi. Hari-hari panjang mengelupas juga seperti cat di rumah tua yang bersisik. Musim air hujan dari langit muncul dengan ritual tarian eksotis. Keumala masih Keumala sama. Belum memilih.

Kalaupun ada yang bertukar, mungkin paras itu kian meneteskan liur kumbang. Wajar, usia Keumala tepat di angka dua lima. Bukankah puncak kecantikan seorang wanita bernaung di bilangan itu?

* * *

Hari itu dua pemuda bertandang ke rumah Keumala di waktu yang hampir bersamaan. Bak ingin melamar pekerjaan, pakaian mereka rapi-jeli. Berdasi. Keumala terkekeh ria. Magnetnya masih berjalan sempurna.

Dengan pemuda pertama introgasi berlangsung kilat. Gajinya hanya dua juta perbulan. Pemuda kedua masuk gagah, tapi keluar dengan mata layu.

Keumala masih larut dalam mutiara pujaan penggemar-penggemarnya. Satu kumbang boleh kecewa atas sikapnya. Dan milih mundur dari persaingan.

Akan tetapi di belakang itu, puluhan- ratusan kumbang lain menghampiri. Jujur, sempat terbesit was-was. Apalagi usianya tak lagi belia.

Nyaris masuk di angka tiga. Dia mulai disergap takut kalau-kalau sebab sifat memilih yang berlebih, tak akan ada kumbang lagi yang mendekatin. Seumur-umur jadi perawan tua!

Namun khawatir Keumala tiada bukti. Di usia yang nyaris genap tiga puluh tahun. Kecantikannya masih mampu menangkap kumbang- kumbang. Walaupun tetap kata sama keluar.

Tepat di genap tiga puluh tahun, penantian kumbang-kumbang pengagum Keumala akhirnya terputus. Jangkar hati tlah turun di salah satu kumbang.

Adrian, kumbang itu berhasil meremukkan kekokohan dinding hati perempuan itu. Keumala tak mafmun. Mendadak saja rasa yang tak pernah dimiliki sebelumnya terkonstelasi bagai batu bata yang disusun.

Tinggi dan semakin tinggi. Kokoh dan kuat. Sepertinya badai saja tak kuasa mengapung perasaan itu.

Tubuh itu seolah menggelepar-gelepar laksana seekor ikan yang akan kehabisan oksigen. Maka angguk penuh tatkala Adrian mengucapkan lamaran.
Di mata Keumala, Adrian-lah yang lama tlah dinanti.

Tapi bahagia puncak belum bisa bermain-main di awan-awan perkawinan. Sekali ini, Keumala meleleh air mata. Pria itu harus melanjutkan studi keluar negeri.Empat tahun.
Adrian tergagap melihat pemandangan memilukan.

Adukan bingung melayang. Bujuk cepat dibungkus dalam bingkai-bingkai nian elok. Dan bahu Keumala tak lagi berguncang-guncang.

Ia menyeka air matanya. Meski lantun isak sekali-dua kali belum raib. Keumala menganggukan kepala. Keumala telah dilanda mabuk kepayang.Sebelum berangkat ke negeri seberang, Ardian menyebutkan tanggal sekian, bulan sekian, dan tahun sekian ia akan kembali.
Keumala mencatat angka bersejarah itu di buku hariannya.

Akhirnya Ardian pergi dengan bola air Keumala. Setelah berjanji akan berkomunikasi lewat HP dan email. Betul saja, Ardian pergi.
Dan Keumala mulai menanti hingga empat tahun.

Tapi Ardian ingkar janji. Seminggu setelah kepergian, Keumala menunggu telpon dari pria itu. Sampai sebulan tak juga telponnya berdering. Ia ingin menghubungi Ardian. Sia belaka. Jarak jauh telah membuat nomor itu tak bisa dihubungi.
Lantas Keumala mulai mengirim email cinta.
Setahun tak juga dibalas sekalipun. Hati Keumala dilanda cemas. Sering kali ia meleleh air mata.
Kumbang satu-satu masih berusaha menggoda. Tapi hati Keumala telah keras batu untuk pria selain Ardian.

* * *

Bunga kamboja di lahan pemakaman luruh dan tumbuh selang ganti.
Bunga-bunga itu menumpuk jalan kecil sehingga pembesuk agak kepayahan mengarah ke nisan yang diingin.

Beberapa saat lalu petugas lahan itu telah pergi ke langit sehingga tanah itu kehilangan bersih.Empat tahun meski bergerak selaksa siput datang juga.

Hari ini sesuai janji, Adrian akan kembali. Berulang kali Keumala mencocokkan angka di buku hariannya dengan angka kalender.

Langkah-langkah kijang di dada Keumala. Semalam suntuk tak bisa dipejam mata. Menyambut sang kekasih hati sengaja dikenakan gaun sutra biru yang jauh hari telah disetrika rapi. Perempuan itu tak ubah laksana bidadari.

Tapi hari itu adalah hari berkabung. Keumala melihat gagak hitam berkotek ribut di bumbungan rumahnya.
Ardian tak kunjung datang. Padahal sudah seharian penungguan itu merayap.

Besok hari perempuan itu, Keumala, masih dalam penantian. Menghibur pikirannya dengan ragam mungkin. Mungkin ada gangguan di airport. Mungkin Ardian sengaja membuat hatinya bertalu menunggu. Mungkin...Mungkin....
Seminggu.
Dua minggu. Sebulan. Berbulan-bulan. Roda waktu telah berputar-putar demikian hebat. Tahun-tahun berkeringat. Kamboja di tanah kuburan telah kembali sampai pada kala berbunga semarak.

Keumala masih gelisah menanti. Ardian tak kunjung hadir. Ditampik ulur tangan kumbang liar yang ingin menghibur. Hati Keumala tak mampu pindah ke lain hati.Keumala menunggu. Sampai Ardian kembali..

* * *

Keumala menarik napas panjang sekali. Napas itu napas kesusahan. Mata itu layu menatap surat biru yang tergeletak di meja depannya. Surat yang tiga jam lalu diantar bapak pos ke rumahnya.
Maaf, aku betul-betul lupa bahwa aku pernah berjanji untuk menikahi kamu.

Maaf aku lupa sekali, bahkan teringat nama mu saja, baru beberapa hari yang lalu. Saat itu aku iseng-iseng mengorek buku-buku lamaku, dan kebetulan aku menemukan kembali diary lamaku.

Tertera namaku di sana lengkap dengan janji kita.
Maaf ya, sekali lagi aku minta maaf. Tapi aku yakin, sekarang kamu sudah menjadi seorang nenek. Berapa cucumu? Siapa lelaki yang beruntung mendapatkan dirimu? Pasti laki-laki itu teramat senang ya? Oh ya, cucuku sudah dua belas lho! Enak ya jadi kakek? Jangan lupa dibalas ya.

Tertanda

Adrian

Keumala bangun dari duduk panjangnya. Lalu kaki itu melangkah ke dalam rumah senyap. Sebuah Penantian telah berakhir. Kekasihnya tak kembali. ***

PENGHORMATAN TERAKHIR PRESIDEN SBY KEPADA ALMARHUM SOEHARTO




"......Selamat tinggal bapak,
Bapak tercinta...
My 'TWINS SUN'
bapak kita bapak kita...
bapakku, bapakmu...
moralku, moralmu...
cintai kami bapak...
jangan cintai HARTA-HARTA TUJUH TURUNANMU...
damailah engkau...."

DILeMA PROKLAMATOR RI


"""Sekali Soekarno merayu, maka sang wanita akan menjadi kekasihnya. Dewi Soekarno seorang pelacur kelas tinggi dari Jepang, memberikan pengakuan sebagai berikut: “...Bapak adalah pria paling perkasa. Dari sekian banyak pria, hanya Soekarno-lah yang paling hebat di tempat tidur.”

KGB menyediakan kamar khusus untuk Soekarno di Moskow. Soekarno ditemani oleh seorang wanita super cantik dan super seksi yang boleh digaulinya di tempat tidur. Wanita itu adalah seorang pelacur kelas tinggi yang khusus untuk melayani tamu negara, direkrut sebagai agen rahasia oleh departemen pelacuran dalam organisasi KGB. Dari balik kaca atau cermin, terpasang kamera film yang merekam hubungan badan antara Presiden Soekarno dengan seorang pelacur (agen KGB)"""

Gambar tersebut adalah gambar Soekarno dengan istrinya , Dewi Soekarno yang notabene adalah seorang keturuan Jepang yang hingga kini juga masih hidup. Beberapa waktu lalu ia berkunjung ke Indonesia. Dewi, bukan nama asli, nama itu pemberian Soekarno, dan wanita yang beranjak tua namun masih terlihat garis-garis kecantikannya itu, lancar berbahasa Indonesia.
Memang, dibalik Proklamator kita ini, bisa di anggap watak dan sifat yang binal. Menurut beberapa sumber, dimasa pengasingan, Soekarno juga memiliki seorang istri bernama Inggit. Sampai-sampai dari "orang dekat" nya tersampai ia memiliki 4 orang istri. Namun hanya dengan Bu Fatmawati lah beliau berputra.Juga perlu diketahui, bahwa semua pemimpin tetap juga manusia. Nafsunya juga berhak dan berkewajiban. Perlu kita sadari, seberapa pandainya kita menyembunyikan keburukan, akan diketahui pula oleh-Nya. Namun dari ini kita ambil sebuah nilai bahwa hidup harus seimbang, serta perbaiki akhlak dan moral kita.
Microsoft Pangkas 800 Pekerjaan


Washington, 5 November 2009 08:58

Raksasa perangkat lunak komputer Amerika Serikat, Microsoft mengatakan, Rabu (4/11), bahwa pihaknya memangkas lebih dari 800 pekerjaan selain mengumumkan 5.000 pemutusan hubungan kerja sebelumnya.

"Awal tahun ini, kami mengumumkan bahwa dalam rangka untuk mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi dan memprioritaskan bidang fokus kami, kami akan menghilangkan kira-kira 5.000 posisi pada bulan Juni 2010," kata Microsoft dalam sebuah pernyataan.

"Hari ini, kami menghilangkan sekitar 800 posisi yang tersebar di beberapa bisnis dan lokasi dan telah menyelesaikan rencana pengurangan kami lebih cepat dari yang telah diantisipasi 11 bulan lalu," kata pernyataan itu.

"Apa ini adalah akhir dari upaya yang diumumkan oleh (Kepala Eksekutif Microsoft Steve) Ballmer dan Microsoft pada bulan Januari," kata juru bicara Microsoft Lou Gellos.

"Pada saat yang sama, kami terus menyewa di daerah prioritas, tetapi juga memahami bahwa melanjutkan untuk mengelola bisnis kami, seperti yang selalu kami lakukan, dapat berarti tambahan penyesuaian," kata pernyataan Microsoft.

Total pemutusah hubungan kerja sejak Januari adalah terbesar yang pernah dlakukan Redmond, perusahaan yang berbasis di Washington, yang memiliki 91.005 karyawan pada akhir September.

Microsoft bulan lalu melaporkan bahwa keuntungan bersih turun 18% di kuartal pertama tahun fiskal menjadi 3,57 miliar dolar, atau 40 sen per saham, dari 4,37 miliar dolar, atau 48 sen per saham, setahun yang lalu.

Pendapatan turun 14% pada kuartal yang berakhir pada 30 September menjadi 12,92 miliar dolar.

Itu adalah kuartal ketiga dalam deretan pendapatan bagi perusahaan yang didirikan oleh Bill Gates, tetapi melampaui perkiraan analis 12,37 miliar dolar.

Microsoft telah terpukul oleh lemahnya permintaan di seluruh dunia untuk komputer pribadi dan berharap untuk mendapatkan dorongan dari rilis bulan terakhir yang banyak digembar-gemborkan generasi sistem operasi Windows 7.

Jumat, 27 November 2009

impossible

Kentut Babi Dikira Gas Bocor

Sydney, 27 November 2009 13:46
Babi yang kembung memicu kekhawatiran mengenai gas di Australia selatan, ketika seorang petani keliru mengira bau kentut hewan itu sebagai kebocoran pipa gas, demikian pernyataan beberapa pejabat setempat.

Sebanyak dua truk dan 14 petugas pemadam dikerahkan ke satu peternakan di Axedale di negara bagian Victoria tengah, setelah diperoleh laporan mengenai kebocoran gas, kata dinas pemadam kebakaran negara bagian itu.

"Ketika kami tiba di sana, sewaktu kami mengemudi di jalan raya, ada babi betina yang sangat besar ini, babi betina dengan berat sekitar 120 kilogram, dan sangat jelas dari mana gas itu berasal," kata kapten regu pemadam, Peter Harkins.

"Kami bukan hanya dapat menciumnya, tapi kami juga mendengarnya dan itu sungguh lucu," katanya.

Harkins mengatakan pemilik babi tersebut "agak malu untuk mengatakan apa-apa", dan awak pemadam memerlukan sedikit waktu untuk menenangkan diri. "Sangat jelas apa penyebabnya," ujar Harkins.

"Saya kira kami menanganinya dengan cukup profesional dan agak merasa geli ketika kami pulang ke kantor," katanya kepada stasiun radio ABC.

Dokter Keluarkan 1 Kg Logam dari Perut Pria

Lima, 12 November 2009 11:04
Sungguh aneh. Dokter bedah di Peru utara berhasil mengeluarkan hampir satu kilogram paku, koin, dan potongan logam, dari perut seorang pria. Para dokter sampai terheran-heran. Demikian keterangan seorang ahli bedah yang mengoperasi pria itu, Rabu (10/11).

"Pasien tersebut datang dengan keluhan sakit perut parah. Setelah pemeriksaan, kami menemukan bahwa ada ratusan paku di dalam perutnya," kata Carlos Delgado, ahli bedah di rumah sakit di kota kecil Cajamarca.

Requelme Abanto Alvarado dibawa ke rumah sakit itu, Jumat pekan lalu. Setelah operasi selama dua jam, para dokter mengeluarkan 900 gram paku, koin dan potongan logam dari perut laki-laki tersebut, serta satu pisau kecil.

"Saya tak pernah menghadapi kasus seperti ini," kata ahli bedah itu. "Saya telah mengoperasi banyak pasien, tapi begitu banyak benda di dalam satu perut, benar-benar bukan peristiwa biasa."

Alvarado berada dalam kondisi stabil setelah operasi tersebut, kata Delgado. Ditambahkannya, ia kini sedang diperiksa oleh para ahli kesehatan mental.

Senin, 05 Oktober 2009

Hajimemashite!

Watashi wa Sari desu
Watashi wa Seito desu
kesa, gohan o tabete, juusu nomimashita
5 jikan okimasu, sorekara ha o migakimasu